GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI

Thursday, March 3, 2011

Sekilas Tentang Yogyakarta

BATAS WILAYAH
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah yang berstatus Kota di samping 4 daerah lainnya yang berstatus Kabupaten. Kota Yogyakarta terletak di tengah-tengah propinsi DIY, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Tugu JogjaSebelah utara :
Kabupaten Sleman
Sebelah timur :Kabupaten Bantul dan Sleman
Sebelah Selatan :Kabubaten Bantul
Sebelah Barat :Kabupaten Bantul & Sleman
Wilayah kota Yogyakarta terbentang antara 1100 24o 19o sampai 1100 28o 53o Bujur Timur dan 7o 49o sampai 070o 15o 24o Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 114 m di atas permukaan laut.


KEADAAN ALAM
Secara garis besar kota Yogyakarta merupakan dataran rendah di mana dari barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1o, serta terdapat 3 (tiga) sungai yang melintas kota Yogyakarta, yaitu :
Sebelah timur :Sungai Gajah Wong
Bagian Tengah :Sungai Code
Sebelah barat : Sungai Winongo


LUAS WILAYAH

Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu 32,5km2 yang berarti 1,025% dari luas Propinsi DIY yang luasnya 3.250 hektar tersebut terbagi menjadi 14 kecamatan, 45 kelurahan, 617 RW dan 2.531 RT.


Djogja Tempo Doeloe
SEJARAH BERDIRINYA YOGYAKARTA

Keberadaan kota Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari berdirinya kraton Kasultanan Yogyakarta pada tahun Jawa 1682 atau 1756 M yang tersirat dalam candrasengkala memet : DWI NAGA RASA TUNGGAL.


Perjanjian Giyanti atau Palihan Nagari disepakati pada tanggal 13 Februari 1755. Sehari sesudahnya Pangeran Mangkubumi resmi bergelar "Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayyidin Panatagama Kalifatullah Ing Ngayogykarta Hadiningrat Ingkang Jumeneng Kaping Sepisan" (Sri Sultan Hamengku Buwana I). Selama menunggui pembangunan fisik kraton, Sri Sultan HB I bertempat tinggal sementara (mesanggrah) di pesanggrahan Garjitowati, Ambarketawang.

Pada hari Kamis Pahing, 13 Syura-Jimakir 1682 tahun Jawa atau 7 Oktober 1756 M, Sri Sultan HB I mulai menempati kraton yang baru. Sejak saat itulah kehidupan sebuah kota mulai bertumbuh. Nama Ngayogyakarta atau Yogyakarta sendiri diambil dari kata "Ayodya", nama kerajaan Prabu Sri Rahma dalam babad Ramayana.

Tanggal 7 Oktober 1756 selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Yogyakarta melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta no. 6 tahun 2004.

Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
WARISAN BUDAYA

Keberadaan kraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman membuat kota Yogyakarta dipandang sebagai salah satu pusat budaya Jawa. Di kota Yogyakarta masih banyak ditemui warisan budaya, baik yang bersifat fisik/bendawi (tangible) maupun yang bersifat non fisik/non bendawi (intangible).


Begitu banyaknya warisan budaya yang ada, menjadikan kota Yogyakarta bak bunga indah yang mekar dan harum mewangi, sehingga menarik perhatian para pendatang dari luar untuk menghisap sari madunya. Akankah kota Yogyakarta tetap lestari dan terjaga keindahan ataukah dibiarkan menjadi layu dan kering kerontang? Semua jawaban berpulang kepada komitmen seluruh warga kota Yogyakarta sendiri.

Melalui sekelumit informasi profil kota Yogyakarta ini, Pemerintah Kota Yogyakarta ingin mengetuk hati setiap insan untuk peduli pada keberlanjutan budaya adiluhung yang telah menjadi kesejatian Kota Yogyakarta serta bersama-sama menjaga, melindungi dan melestarikannya agar tetap hidup dan menghidupi masyarakay yang mencintainya.
Dengan menjunjung tinggi budaya sendiri, harkat dan martabat bangsa akan terangkat di mata masyarakat internasional. Melalui budaya positif, negara Indonesia akan menjadi terhormat keberadaannya di dunia.

No comments:

Post a Comment