GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI
GRAFFITI

Tuesday, May 24, 2011

Metamorfosa Sasha Grey (bukan bintang porno biasa)



Tidak ada yang baru di bawah matahari. Pun, tak ada yang sama sekali abadi di kolong langit. Keabadian milik tuhan belaka, kata orang alim, bukan makhluk berdarah dan berdaging seperti manusia. Maka hal biasa jika seorang bintang film, baik top maupun kapiran, memutuskan mengubah jalan karir.

Sang bintang itu bernama Sasha Grey.

Terlahir sebagai Marina Ann Hantzis pada 14 Maret 1988, Grey punya nama besar di industri film porno Amerika Serikat. Terjun ke jagat film 'panas' sejak usia 18 tahun, ia telah membintangi lebih dari 150 film, membawa beberapa judul seperti "Sasha Grey's Anatomy," "House of Sex and Domination," dan "Teenage Whores," ke dalam daftar film unggulan pada genre porno, dan ditahbiskan sebagai aktris terbaik pada ajang Adult Video News Awards tahun 2008, termuda dalam sejarah anugerah itu.

Ia menyebut dirinya 'aktris pertunjukan,' seperti dirilis Los Angeles Times pada tahun 2009. Selain itu, ia tak ragu menyiapkan film dokumenter, menggarap novel grafis, serta menulis sebuah buku tentang 'filosofi seks'. Pada tahun 2009 pula Grey mendirikan rumah produksi yang bertujuan ganda: mengubah wajah
pornografi sekaligus memberdayakan perempuan.

Segala predikat yang ia upayakan sendiri membuat Sasha Grey menjelma aktris 'panas' berkarakter. Ia mencuat di antara bintang lain dalam usia begitu belia.

Keunggulan Grey mampu ditangkap sineas Steven Soderbergh, tenar dengan film "Erin Brockovich" dan "Ocean's Eleven", yang memberinya peran sentral di sebuah film drama eksperimental "The Girlfriend Experience." Soderbergh, mengaku terinspirasi "Cries and Whispers" karya sutradara berpengaruh asal Swedia, Ingmar Bergman, ketika membuat "The Girlfriend Experience."

Selama lima tahun, Grey telah melewati segala yang ia butuhkan demi menjadi seorang aktris mumpuni. Berangkat dari Sacramento, tanah kelahirannya, ke Los Angeles demi memulai karir di industri film 'dewasa', Grey memiliki ambisi, "mengubah pandangan umum sekaligus membuktikan kepada publik bahwa perempuan bisa mandiri, cerdas dan seksi," tegasnya melalui laman The Independent.

Peran Grey dalam film Soderberg merenggut perhatian Doug Ellin, yang terkenal dengan serial "Entourage", tayangan sukses jaringan TV kabel Amerika, HBO. Tanpa rasa bimbang, Ellin mengajak Grey mencoba sebuah peran di serial itu. Di seri ketujuh "Entourage," ia menjadi Sasha Grey, kekasih dari karakter utama film yang diperankan oleh aktor sekaligus musisi Amerika, Adrian Grenier.

Keterlibatannya dalam "Entourage" menjadi semacam tonggak yang menandai akhir karirnya sebagai aktris porno. Sebab, pada awal tahun ini, ia memutuskan mundur dari industri itu. Sebagai penanda dari keputusan pensiun itu, ia meluncurkan "NeĆ¼ Sex," buku berisi foto-fotonya ketika masih intim dengan dunia film dewasa, hal yang ia yakini sebagai fase "pencarian diri."

Dalam buku itu, Grey kian jelas menampakkan 'pesona'. Ia tak sungkan menukil pemikiran berbagai filsuf seperti Sartre dan Nietzsche atau gagasan-gagasan Freud dan Jung.

Ketika membicarakan pandangan Sartre tentang filosofi tatapan, ia menulis, seperti dikutip dari The Independent: "Sebagai individu, kita adalah apa yang orang pandang tentang kita. Mereka merealisasikan gagasan tentang kita itu. Sebaliknya, kita juga merealisasikan gagasan kita tentang kita. Tapi yang terpenting adalah bagaimana kita mendefinisi-ulang diri kita, yang bisa membebaskan diri. Tak peduli apakah kamerawan, rekan bermain, atau penonton yang menatap saya, saya tak mau ada prasangka, penyeragaman, penilaian, atau pertentangan dalam pendefinisian itu."

Sisi lain itu tak nampak ketika ia dibayar bermain dalam film lokal "Pocong Mandi Goyang Pinggul." Label yang disematkan kepada dirinya lebih merujuk kepada masa lampaunya di industri film porno. Jika berusaha mendekati kasus itu secara lebih serius, keputusan Grey masuk dalam film "Pocong Mandi" mungkin merupakan sebuah olok-olok bagi industri film nasional. Betapa tidak, ia, yang telah diperhitungkan Hollywood, justru hanya diberi peran pada sebuah film yang, katakanlah, main-main.

No comments:

Post a Comment